Lama. Sudah lama. Aku bertahan, membiarkanmu singgah dalam singgasana
hati ini. Membiarkanmu menyibukkan kerja pikiran otak ini. Itu sudah
berlangsung cukup lama, bukan cukup lama tapi memang lama, kupikir aku
memang tidak menuliskan kata lelah untuk mencintaimu dalam kamus hidupku
untukmu, tapi sekarang aku akan menuliskannya dalam kamus yang hanya
aku tujukan untukmu, jika aku memang lelah untuk mencintaimu dengan
cinta yang tak terbalas. Cukup perih memang rasanya melupakanmu,
berusaha menghapus namamu dari pikiranku, menghapus bayanganmu dalam
lamunanku, inikah rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Sakit, perih,
kecewa. Mungkin lebih dari itu. Apa kau tahu rasanya
di acuhkan? Tidak dianggap? Tidak di butuhkan? Aku capek merasa tidak di inginkan kehadiranku di hidupmu. Aku juga punya batas kesabaran Sayang, jangan mempermainkan perasaanku walau kau pikir aku sudah kebal dengan perlakuanmu. Jleb mungkin kata yang pas saat melihat status- status dalam akunmu, nyesek mungkin iya. Aku baru sadar kalau aku hanya diberi harapan kosong olehmu, tak ada cinta atau kasih sayang sedikitpun, apa aku yang terlalu bodoh menganggap semua tulisan-tulisanmu yang kurang dari seratus empat puluh karakter itu untukku? Aku memang menginginkannya, jika semua tulisan kecilmu itu untukku tapi apa daya, semua keinginanku tidak terpenuhi dengan sempurna. Aku melihat kamu bermain reply dengan dia, sosok yang kurang aku ketahui sebelumnya. Mungkin menyenangkan ya jadi dia, menerima semua perhatianmu, menjadi sandaran dalam tangismu. Beruntung dia yang di pilih
olehmu, tidak seperti aku yang mencintaimu dalam diam, dan aku yang bukan siapa-siapa di banding dengannya. Aku disini berusaha ikhlas, tapi bolehkah aku menerima sejumput rindu darimu? Bolehkah aku menikmati senyummu walau hanya dalam jauh? Bolehkan aku memelukmu walau hanya dalam mimpi? Sejujurnya, aku ingin tertawa denganmu, bahagia dan aku ingin sekali memiliki senyummu. Aku tak perlu memberitahumu tentang seberapa rasa sukaku padamu, rasa ingin memilikimu setiap hari, rasa merindukanmu dalam tiap hembus nafasku, apalagi membutuhkanmu, membutuhkanmu itu tentu saja iya karena aku bukan
siapa-siapa tanpamu.
Tapi kali ini aku menyerah, karena seberapa besar rasaku padamu, di matamu aku semu, bagaimana mungkin jika aku terus bertahan mencintaimu tanpa balasan, melihatmu memberikan cinta yang lebih untuknya, untuk gadis yang aku tidak tahu-lebih- kurangnya-dariku. Biarkan aku bermimpi seolah pemimpi yang tinggi. Biarkan aku berkhayal seolah pengkhayal yang hebat. Itu semua agar aku bisa merasakan bagaimana di cintai olehmu walau hanya dalam ruang mimpi dan khayalku. Itu saja. Tidak lebih. Iya aku tahu khayal dan mimpi itu hanya dalam angan, bukan dalam kenyataan, aku tahu pada akhirnya aku juga yang sakit, aku juga yang menangis tapi apa boleh buat, jika hanya dalam mimpi dan khayal aku bisa merasa bahagia. Haruskah aku menunggu dan seterusnya? Menanti dirimu entah sampai kapan, tanpa kata lelah? Jika dengan setia denganmu aku mendapatkan segenggam pahala, entah bahagianya hidupku dalam
surga Tuhanku. Tapi nyatanya tidak, aku tidak bisa menunggumu lebih lama tanpa ada kepastian. Tanpa ada perhatian. Lelah akhirnya. Aku lelah jika aku hanya mendapatkan sikap acuh-tak acuh darimu. Aku lelah jika terus memberikan cintaku dan tak di gubris sama sekali olehmu. Kerinduan mungkin akan merajalela dalam diriku menjelma dengan setetes air mata, berharap jika kau datang dan akan menghapusnya.
di acuhkan? Tidak dianggap? Tidak di butuhkan? Aku capek merasa tidak di inginkan kehadiranku di hidupmu. Aku juga punya batas kesabaran Sayang, jangan mempermainkan perasaanku walau kau pikir aku sudah kebal dengan perlakuanmu. Jleb mungkin kata yang pas saat melihat status- status dalam akunmu, nyesek mungkin iya. Aku baru sadar kalau aku hanya diberi harapan kosong olehmu, tak ada cinta atau kasih sayang sedikitpun, apa aku yang terlalu bodoh menganggap semua tulisan-tulisanmu yang kurang dari seratus empat puluh karakter itu untukku? Aku memang menginginkannya, jika semua tulisan kecilmu itu untukku tapi apa daya, semua keinginanku tidak terpenuhi dengan sempurna. Aku melihat kamu bermain reply dengan dia, sosok yang kurang aku ketahui sebelumnya. Mungkin menyenangkan ya jadi dia, menerima semua perhatianmu, menjadi sandaran dalam tangismu. Beruntung dia yang di pilih
olehmu, tidak seperti aku yang mencintaimu dalam diam, dan aku yang bukan siapa-siapa di banding dengannya. Aku disini berusaha ikhlas, tapi bolehkah aku menerima sejumput rindu darimu? Bolehkah aku menikmati senyummu walau hanya dalam jauh? Bolehkan aku memelukmu walau hanya dalam mimpi? Sejujurnya, aku ingin tertawa denganmu, bahagia dan aku ingin sekali memiliki senyummu. Aku tak perlu memberitahumu tentang seberapa rasa sukaku padamu, rasa ingin memilikimu setiap hari, rasa merindukanmu dalam tiap hembus nafasku, apalagi membutuhkanmu, membutuhkanmu itu tentu saja iya karena aku bukan
siapa-siapa tanpamu.
Tapi kali ini aku menyerah, karena seberapa besar rasaku padamu, di matamu aku semu, bagaimana mungkin jika aku terus bertahan mencintaimu tanpa balasan, melihatmu memberikan cinta yang lebih untuknya, untuk gadis yang aku tidak tahu-lebih- kurangnya-dariku. Biarkan aku bermimpi seolah pemimpi yang tinggi. Biarkan aku berkhayal seolah pengkhayal yang hebat. Itu semua agar aku bisa merasakan bagaimana di cintai olehmu walau hanya dalam ruang mimpi dan khayalku. Itu saja. Tidak lebih. Iya aku tahu khayal dan mimpi itu hanya dalam angan, bukan dalam kenyataan, aku tahu pada akhirnya aku juga yang sakit, aku juga yang menangis tapi apa boleh buat, jika hanya dalam mimpi dan khayal aku bisa merasa bahagia. Haruskah aku menunggu dan seterusnya? Menanti dirimu entah sampai kapan, tanpa kata lelah? Jika dengan setia denganmu aku mendapatkan segenggam pahala, entah bahagianya hidupku dalam
surga Tuhanku. Tapi nyatanya tidak, aku tidak bisa menunggumu lebih lama tanpa ada kepastian. Tanpa ada perhatian. Lelah akhirnya. Aku lelah jika aku hanya mendapatkan sikap acuh-tak acuh darimu. Aku lelah jika terus memberikan cintaku dan tak di gubris sama sekali olehmu. Kerinduan mungkin akan merajalela dalam diriku menjelma dengan setetes air mata, berharap jika kau datang dan akan menghapusnya.
sumber : https://www.facebook.com/notes/fahrul-charlys-ibnu-masud/hilang-kesabaranku-untuk-memilikimu-/720232094760028?pnref=story